detektif
Secara
etimologis, “detektif” merupakan serapan dari bahasa inggris detective.
Kata detective adalah kata majemuk yang berasal dari dua kata: detect
dan elective. Kata detect artinya deteksi atau usaha untuk menemukan
kenyataan atau kebenaran; sedangkan
elective adalah bersifat pilihan atau yang ditunjuk, dalam hal ini adalah orang/ badan/ institusi. Secara etimologis, kata detektif adalah orang/ badan/ institusi yang berusaha menemukan sebab musabab, kenyataan dan kebenaran. Pada akhirnya terminologi (istilah) detektif melekat pada kepolisian atau pembantu polisi yang bertugas untuk mengungkap pelanggaran hukum. Seperti yang kita ketahui secara umum, bahwa kerja detektif berusaha mengungkap kebenaran pelanggaran hukum yang dilakukan seseorang/ sekelompok orang yang sekilas akan sulit diungkap karena permukaan kejahatan telah dimanipulasi oleh ia/ mereka yang ingin menghindar dari jerat hukum.
elective adalah bersifat pilihan atau yang ditunjuk, dalam hal ini adalah orang/ badan/ institusi. Secara etimologis, kata detektif adalah orang/ badan/ institusi yang berusaha menemukan sebab musabab, kenyataan dan kebenaran. Pada akhirnya terminologi (istilah) detektif melekat pada kepolisian atau pembantu polisi yang bertugas untuk mengungkap pelanggaran hukum. Seperti yang kita ketahui secara umum, bahwa kerja detektif berusaha mengungkap kebenaran pelanggaran hukum yang dilakukan seseorang/ sekelompok orang yang sekilas akan sulit diungkap karena permukaan kejahatan telah dimanipulasi oleh ia/ mereka yang ingin menghindar dari jerat hukum.
Detektif adalah seorang
yang melakukan penyelidikan terhadap suatu kejahatan, baik sebagai
anggota polisi maupun sebagai detektif swasta. Detektif swasta biasanya
bekerja secara komersial dan memerlukan lisensi. Secara informal,
terutama dalam kisah-kisah fiksi, detektif sering juga digambarkan
sebagai seorang tanpa lisensi yang memecahkan suatu tindakan kriminal.
Contoh detektif fiksi terkenal antara lain adalah tokoh Sherlock Holmes
(diciptakan oleh Arthur Conan Doyle) dan Hercule Poirot (diciptakan oleh
Agatha Christie).
Dalam kisahnya sendiri, seringkali sang detektif tersebut menjelaskan apa pengertian dari profesi mereka sebenarnya dan apa yang mereka lakukan. Sebagai contoh, Sherlock Holmes diceritakan pernah mengatakan, "Pekerjaanku adalah: orang-orang datang dan menceritakan masalah mereka padaku, aku mendengarkan mereka dan memberi mereka solusi dan aku mengantongi bayaranku." Meskipun pada prakteknya tidak sesederhana itu, namun sudah jelas bagi kita bahwa pekerjaan seorang detektif adalah membantu orang yang sedang terlibat masalah dan datang kepadanya untuk meminta bantuan dalam memecahkan masalah tersebut. Kemungkinan besar masalah tersebut mengenai masalah kriminalitas. Meskipun begitu seorang detektif tanpa lisensi pada kenyataannya sangat sulit dijumpai di Indonesia ini.
Dalam kisahnya sendiri, seringkali sang detektif tersebut menjelaskan apa pengertian dari profesi mereka sebenarnya dan apa yang mereka lakukan. Sebagai contoh, Sherlock Holmes diceritakan pernah mengatakan, "Pekerjaanku adalah: orang-orang datang dan menceritakan masalah mereka padaku, aku mendengarkan mereka dan memberi mereka solusi dan aku mengantongi bayaranku." Meskipun pada prakteknya tidak sesederhana itu, namun sudah jelas bagi kita bahwa pekerjaan seorang detektif adalah membantu orang yang sedang terlibat masalah dan datang kepadanya untuk meminta bantuan dalam memecahkan masalah tersebut. Kemungkinan besar masalah tersebut mengenai masalah kriminalitas. Meskipun begitu seorang detektif tanpa lisensi pada kenyataannya sangat sulit dijumpai di Indonesia ini.
Detektif
Gejala
Sastra
Cerita detektif memiliki ciri khas, yaitu ragam cerita yang
mengungkapkan rahasia suatu pembunuhan. Dalam cerita detektif
pertama-tama harus ada mayat atau peristiwa kematian sebagai hasil
kejahatan (crime) atau pembunuhan. Untuk mencapai efek ketegangan, dalam
alur pokok cerita detektif selalu diselingi flashback, yakni secara
bertahap diperlihatkan apa yang menjadi motif pembunuhan dan siapa
pelakunya. Dalam proses pengungkapan rahasia itu terlebih dulu
diciptakan konflik berupa kesimpangsiuran atau keragu-raguan tentang
siapa pelaku pembunuhan. Setiap orang yang pernah berhubungan dengan
korban tak luput dari sasaran kecurigaan. Di akhir cerita baru
ditunjukkan bahwa ternyata pelaku pembunuhan bukan orang yang
disangka-sangka. Ia bisa orang terdekat dengan korban, salah satu
anggota keluarganya, anak wayang yang belum balig, orang yang sudah tua
renta, dan sebagainya dengan berbagai alasan yang sangat berkaitan
dengan kejiwaan yang mengalami gangguan (pathologist).
Sumber: http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Cerita_Detektif
| Ensiklopedia Sastra Indonesia - Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Detektif
Gejala
Sastra
Cerita detektif memiliki ciri khas, yaitu ragam cerita yang
mengungkapkan rahasia suatu pembunuhan. Dalam cerita detektif
pertama-tama harus ada mayat atau peristiwa kematian sebagai hasil
kejahatan (crime) atau pembunuhan. Untuk mencapai efek ketegangan, dalam
alur pokok cerita detektif selalu diselingi flashback, yakni secara
bertahap diperlihatkan apa yang menjadi motif pembunuhan dan siapa
pelakunya. Dalam proses pengungkapan rahasia itu terlebih dulu
diciptakan konflik berupa kesimpangsiuran atau keragu-raguan tentang
siapa pelaku pembunuhan. Setiap orang yang pernah berhubungan dengan
korban tak luput dari sasaran kecurigaan. Di akhir cerita baru
ditunjukkan bahwa ternyata pelaku pembunuhan bukan orang yang
disangka-sangka. Ia bisa orang terdekat dengan korban, salah satu
anggota keluarganya, anak wayang yang belum balig, orang yang sudah tua
renta, dan sebagainya dengan berbagai alasan yang sangat berkaitan
dengan kejiwaan yang mengalami gangguan (pathologist).
Sumber: http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Cerita_Detektif
| Ensiklopedia Sastra Indonesia - Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Detektif
Gejala
Sastra
Cerita detektif memiliki ciri khas, yaitu ragam cerita yang
mengungkapkan rahasia suatu pembunuhan. Dalam cerita detektif
pertama-tama harus ada mayat atau peristiwa kematian sebagai hasil
kejahatan (crime) atau pembunuhan. Untuk mencapai efek ketegangan, dalam
alur pokok cerita detektif selalu diselingi flashback, yakni secara
bertahap diperlihatkan apa yang menjadi motif pembunuhan dan siapa
pelakunya. Dalam proses pengungkapan rahasia itu terlebih dulu
diciptakan konflik berupa kesimpangsiuran atau keragu-raguan tentang
siapa pelaku pembunuhan. Setiap orang yang pernah berhubungan dengan
korban tak luput dari sasaran kecurigaan. Di akhir cerita baru
ditunjukkan bahwa ternyata pelaku pembunuhan bukan orang yang
disangka-sangka. Ia bisa orang terdekat dengan korban, salah satu
anggota keluarganya, anak wayang yang belum balig, orang yang sudah tua
renta, dan sebagainya dengan berbagai alasan yang sangat berkaitan
dengan kejiwaan yang mengalami gangguan (pathologist).
Sumber: http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Cerita_Detektif
| Ensiklopedia Sastra Indonesia - Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Komentar
Posting Komentar